Jakarta (ANTARA
News) - Penggemar filateli bisa beroleh obat penawar rindu. Sebanyak
lebih dari 40.000 prangko dari seluruh dunia dipamerkan di JCC Jakarta
dalam acara Kejuaraan dan pameran filateli dunia Pameran Filateli Dunia (World Stamp Championship) pada 18-24 Juni 2012.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, di Jakarta, Senin, membuka acara tersebut didampingi Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia, Letnan Jenderal (Purn) Soeyono, dan Presiden Federation Internationale de Philatelie, Tay Peng Hian.
"Indonesia dengan senang hati menjadi tuan rumah World Stamp Championship di Jakarta. Di sisi lain ini akan mendorong usaha pemerintah Indonesia membangkitkan semangat filateli nasional di samping juga bukti eksistensi filateli di dunia internasional," kata Sembiring.
Perangko sendiri kata Sembiring, dapat dijadikan bahan edukasi bagi masyarakat karena di dalamnya terkandung sisi sejarah, budaya, bahkan teknologi.
Ia menyambut baik kedatangan para filatelis dari seluruh dunia untuk berkunjung ke Indonesia untuk mengikuti dan memeriahkan event tersebut.
Pada kesempatan itu, sebanyak 2.000 wisatawan mancanegara diperkirakan akan hadir.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI), Letnan Jenderal (Purn) Soeyono, mengatakan, dalam event tersebut sebanyak 2.500 bingkai dan sekitar 40.000 lembar koleksi prangko dari seluruh dunia dipamerkan.
Selain itu sejumlah koleksi istimewa termasuk perangko tertua dunia
yang dibuat pada 1874 dari Mauritius dan prangko termahal dunia seharga
Rp2 miliar juga dipamerkan.
Ia berharap pameran itu akan menjadi salah satu daya tarik bagi wisman dari mancanegara untuk datang ke Indonesia.
"Kami harapkan pameran ini mampu mendatangkan sekurang-kurangnya 2.000 peserta dan pendukungnya, beserta keluarga mereka ke Indonesia khususnya Jakarta," kata Soeyono.
Indonesia sendiri dipercaya menjadi penyelenggara acara pameran filateli terbesar di dunia setelah melalui proses bidding kemudian diaklamasikan di Portugal dalam pertemuan filatelis dunia pada 2010.
Dari jumlah itu, sebanyak 22 di antaranya berasal dari China, Jepang, dan Australia, 29 federasi dari Eropa terdiri Inggris, Perancis, dan Jerman, 11 federasi dari Amerika yakni Amerika Serikat, Kanada, dan Brasil, serta 3 federasi dari Afrika yakni Afrika Selatan, Mesir, dan Kongo.
Sebelumnya, Indonesia telah menggelar empat pameran serupa untuk tingkat dunia yaitu Indopex 93 di Surabaya, Jakarta 95 di Jakarta, Indonesia 96 di Bandung, dan Jakarta 2008 di Jakarta.
Sementara itu, Presiden Federation Internationale de Philatelie, Tay Peng Hian, mengatakan, pada dasarnya filateli tidak sekadar hobi tetapi ada nilai edukasi yang terkandung di dalamnya.
"Filateli itu tidak sekadar hobi, ada banyak hal bisa digali. Dulunya filateli adalah hobi para raja," katanya.
Ia berharap pameran itu akan menjadi salah satu daya tarik bagi wisman dari mancanegara untuk datang ke Indonesia.
"Kami harapkan pameran ini mampu mendatangkan sekurang-kurangnya 2.000 peserta dan pendukungnya, beserta keluarga mereka ke Indonesia khususnya Jakarta," kata Soeyono.
Indonesia sendiri dipercaya menjadi penyelenggara acara pameran filateli terbesar di dunia setelah melalui proses bidding kemudian diaklamasikan di Portugal dalam pertemuan filatelis dunia pada 2010.
Dari jumlah itu, sebanyak 22 di antaranya berasal dari China, Jepang, dan Australia, 29 federasi dari Eropa terdiri Inggris, Perancis, dan Jerman, 11 federasi dari Amerika yakni Amerika Serikat, Kanada, dan Brasil, serta 3 federasi dari Afrika yakni Afrika Selatan, Mesir, dan Kongo.
Sebelumnya, Indonesia telah menggelar empat pameran serupa untuk tingkat dunia yaitu Indopex 93 di Surabaya, Jakarta 95 di Jakarta, Indonesia 96 di Bandung, dan Jakarta 2008 di Jakarta.
Sementara itu, Presiden Federation Internationale de Philatelie, Tay Peng Hian, mengatakan, pada dasarnya filateli tidak sekadar hobi tetapi ada nilai edukasi yang terkandung di dalamnya.
"Filateli itu tidak sekadar hobi, ada banyak hal bisa digali. Dulunya filateli adalah hobi para raja," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar